Merry meet, Namaste,
Rahayu...
Apa kabar, Witches?
Akhirnya bisa hadir lagi di Biara Wicca. Lama tidak jumpa. Semoga kalian selalu
dalam kelimpahan.Pada kesempatan hari ini, aku ingin membahas tenntang sejarah
familiar, bagaimana ceritanya bisa ada familiar. Oke, kita langsung saja!
.
Semua mungkin akan setuju
dengan penyataan bahwasanya Witchcraft itu ada bersamaan dengan praktik
Shamanisme yang hadir sejak masyarakat mulai tinggal menetap. Jika Shamanisme
adalah agama (spiritual) pada masa itu, maka Witchcraft adalah mistis dan magis
yang dipraktikan sejalan dengan Shamanisme. Pada
mulanya, mereka yang didaulat sebagai Shaman pastilah orang dengan kemampuan
dan pengetahuan akan spiritual-supranatural dan mampu menjadi jembatan antara
manusia dengan Roh Alam. Umumnya, para Shaman ini memiliki hewan peliharaan
yang mana mungkin memiliki hubungan erat dengan Hewan Roh dari si Shaman.
Sebagai contoh, si Shaman memiliki Hewan Roh burung hantu, maka
dia akan memelihara burung hantu. Jadi kesimpulannya, pada masa itu hewan
peliharaan tadi adalah sebagai jembatan penghubung antara si Shaman
dengan Hewan Roh-nya. Tidak jarang juga para Shaman tidak memiliki hewan
peliharaan yang menjadi penghubung dengan Hewan Roh nya. Misalkan Hewan Roh si
Shaman adalah serigala, umunya mereka akan memiliki kedekatan dengan kawanan
serigala, seolah-olah mereka saling mengerti bahasa satu sama lain.
Ketika peradaban berkembang
dan muncul Paganisme yang memuja banyak dewa-dewi, Witchcraft tetap ada. Yang
semula praktisi Witchcraft hanya terpaku pada Roh Alam saja, mulai banyak yang
beralih kepada dewa-dewi yang pada umumnya dipercaya memiliki keterkaitan
dengan Witchcraft. Sebagai contoh: Dewi Hekate, Diana, Circe, Cerridwen,
Morrigan, Cernunnos, Afrodit, Odin, Freya, Apollo, Hermes, Toth, Isis, Bastet,
dll. Pada masa itu belum dikenal istilah familiar. Tapi, mereka memercayai
kalau ada beberapa binatang yang memiliki ikatan atau menjadi simbol dari
dewa-dewi tertentu. Misalkan: ular erat kaitannya dengan Dewi Diana, Hekate,
dan Dewa Apollo; kucing dengan Dewi Bastet dan Freya; gagak dengan Dewa Odin
dan Dewi Morrigan; dll.
Oleh karena memuja
salah satu dari dewa-dewi tersebut, para praktisi Witchcraft ini lantas
memelihara binatang yang menjadi lambang bagi dewa/dewi tersebut. Dimaksudkan
agar mereka memiliki koneksi dengan deity yang mereka puja.
"Pada mitologi
Yunani ada makhluk bernama Daemon yang notabene adalah Roh Alam, bukan entitas
yang murni baik atau jahat, mereka hanya roh yang tersebar di alam. Nanti ini
akan ada hubungannya dengan istilah Demon pada abad pertengahan hingga saat
ini."
Selanjutnya, ketika
kekristenan mulai masuk negeri-negeri pagan, agama pagan mulai tersudutkan.
Bahkan jumlah pemujanya mengalami kemrosotan. Ini diakibatkan kristenisasi pada
masa itu yang mungkin dilakukan dengan cara yang kurang manusiawi, yang mana
mereka yang tidak mau masuk Kristen akan dihilangkan hak-haknya dalam masyarakat
atau bahkan dikucilkan. Terjadilah perebutan pengaruh antara para penyihir
dengan gereja. Sampai akhirnya gereja mengenalkan konsep Demon dan
Satan/Iblis. Mereka kemudian melabeli beberapa dewa/dewi pagan sebagai iblis.
Yang paling jelas adalah perubahan Dewa Cernunnos sebagai dewa hutan dan
kesuburan yang kemudian menjadi satu entitas jahat bernama Baphomet atau Satan.
"Pada dasarnya
Daemon atau Demon berarti Roh Alam, konsep ini jauh berbeda dengan Demon dalam
Goetia Demon yang sejarahnya mengatakan mereka adalah Malaikat Jatuh."
Kembali ke topik
sebelumnya. Dengan munculnya konsep tentang Demon dan Satan ini, masyarakat
menjadi takut dan akhirnya mereka masuk ke agama Kristen. Para penyihir
kemudian megambil jalan tengah, mereka memutuskan masuk agama Kristen namun
masih mempraktikkan seni-seni Witchcraft, namun lebih cenderung untuk
penyembuhan. Kemudian mereka disebut sebagai "The Cunning" dan
praktik mereka disebut "The Cunning Magick".
.
Abab pertengahan tiba.
Pada abad inilah terjadi perburuan penyihir dan persidangan penyihir. Perburuan
penyihir terjadi di seluruh daratan Eropa dan Amerika. Dan, yang paling
terkenal adalah persidangan penyihir di Salem.
Pada masa ini konsep
familiar ada. Pada perburuan penyihir, para pemburu itu sering menemukan para
penyihir selalu memelihara binatang, seperti: kucing, gagak, tikus, tapi paling
umum adalah kucing hitam. Mereka lantas beranggapan bahwa binatang-binatang itu
adalah manifestasi iblis, karena ketika mereka bertanya pada para penyihir
kenapa mereka memelihara kucing, para penyihir menjawab kalau kucing itu
memberikan bimbingan dalam praktik mereka. Padahal kucing tersebut hanyalah
kucing biasa, hanya saja dalam kepercayaan mereka kucing memiliki kedekatan
dengan dunia spiritual, terutama dengan para roh. Alhasil, tidak hanya penyihir
saja yang dimusnahkan, tapi juga kucing mereka. Gara-gara pemusanahan kucing
masal tersebut, tikus menjadi merajalela.
.
Konsep tentang familiar
pun bergema. Dikatakan bahwa familiar adalah iblis yang dihadiahkan oleh The
Devil yang kemudian mengambil wujud binatang dan bertugas untuk membantu para
penyihir dalam Witchcraft.Di sisi lain, para wanita dalam masyarakat yang
merasa tertindas dengan lelaki, karena sistemm patriarki sangat kuat, akhirnya
mencari perlindungan kepada sosok yang dapat menaungi mereka, The Devil, karena
mereka sudah tidak memercayai Tuhan yang membiarkan mereka diperlakukan
semena-mena. Wanita-wanita inilah yang kemudian menjadi cikal bakal penyebar
konsep Witchcraft yang dikaitkan dengan "Devil Worshiping". Ini tidak
salah, karena memang ada penyihir yang memuja The Devil yang kadang disebut
Lucifer, Samael, atau Satan. Sosok inilah yang mereka rasa menjadi pemberi
naungan dan perlindungan.
Para penyihir ini
dikatakan harus menandatangani Book of The Beast, buku perjanjian The Devil
dengan para penyihir, barulah The Devil memberikan satu makhluk pendamping yang
kemudian disebut familiar. Dengan kekuatan yang diberikan The Devil, para
pemburu percaya kalau para penyihir itu mampu terbang dengan sapu mereka dan
atau melakukan astral projection untuk menghadiri Sabbath atau "The Devil
Meeting". Konon, dipertemuan ini mereka bersama para familiar menari
bersama untuk memuja The Devil. Pada masa perburuan penyihir masih berlangsung,
namun ada yang mengatakan justru yang menjadi korban bukanlah para penyihir
justru orang-orang biasa yang dituduh.
Persidangan
penyihir di Salem contohnya. Ada banyak yang merasa ragu kalau orang-orang yang
disidang dan dieksekusi adalah penyihir. Mereka beranggapan kalau itu
hanyalah histeria. Konon, hanya ada satu penyihir di Salem, Tituba namanya.
Ketika Tituba diinvestigasi dan mengalami penyiksaan, dia menyebutkan nama-nama
lain. Para pemburu tentu memercayai ucapan wanita itu dan mulai
menginvestigasi lainnya. Banyak yang berpendapat kalau Tituba sebenarnya
berbohong demi menyelamatkan nyawanya sendiri. Karena dia seorang penyihir,
tentunya mudah baginya mengetahui rahasia-rahasia dari orang yang dia tuduh.
Dia menyebutkan adanya "The Devil Mark" yang sebenarnya adalah tanda
lahir atau daging tumbuh (kutil) yang dia katakan sebagai puting susu untuk memberi
makan familiar.
Pada akhirnya, terjadi
aksi saling tuduh menuduh hingga semakin banyak korban yang berjatuhan.
Orang-orang tidak bersalah menjadi korban kebohongan Tituba. Sedangkan Tituba
sendiri sudah menghilang dari Salem. Ada versi lain mengatakan kalau Titubalah
yang telah mengajari wanita-wanita di Salem untuk menggunakan sihir, dimulai
dari anak-anak hingga wanita seumurannya.
Konsep inilah yang sering
muncul di pertelevisian, seperti dalam film Lord
of Salem, tv series: Salem
Season 1-2-3 dan Chilling Adventures of Sabrina
Season 1-2. Tapi, untungnya masih ada film atau tv series yang tidak
mengasosiasikan penyihir dengan Pemujaan Setan, misal: American Horror Story: COVEN, The
Craft, The Secret Circle, Witches of East End, Practical Magic, dll.
Waduh, sudah terlalu
panjang. Cukup dulu untuk hari ini. Terima kasih sudah singgah di Biara Wicca.
Akhir kata...
Blessed be!
Sumber bahasan:
Jangan lupa ditonton juga video di atas, dan subscribe tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar