Selasa, 06 Agustus 2019

JURNAL #15: Pekerjaan Rumah yang Bisa Menjadi Meditasi

Merry meet.. Namaste.. Rahayu

Apa kabar, Witch dan Wiccan? Lama tak berjumpa. Semoga semua dalam kelimpahan berkah dan kasih Yang Maha Kuasa.
Mungkin topik kali ini akan sedikit membosankan, soalnya bukan soal sihir. Kalian sudah bisa melihat judulnya. Ya, topik kali adalah meditasi. Jujur, aku juga masih belajar meditasi. Jadi, ini aku sama sekali bukan bermaksud untuk mengajari, tapi lebih kepada sharing pengalamanku saja.
Oke, langsung saja...



Meditasi memiliki banyak rupa. Tidak melulu duduk bersila dan mengatur napas atau merapalkan nama-nama suci atau mantra. Akan tepapi, hal-hal yang sepele seperti pekerjaan rumah juga bisa menjadi meditasi. Berikut ini daftarnya:

1). Mencuci pakaian

Siapa yang menyangka kalau mencuci bisa menjadi meditasi. Ya, kalian mungkin tidak akan menyangka hal ini. Aku menyadari ini juga ketika aku sedang mencuci pakaian. Lantas, bagaimana bisa mencuci pakaian itu sebuah meditasi?
Mencuci pakaian, semua orang tahu tahapan dan prosesnya. Mulai menyiapkan air, deterjen, lalu merendam pakian, mulai mencuci, membilas, dan seterusnya. Namun, ada makna tersembunyi di balik pekerjaan itu. Apa itu?
Apakah tujuan kita mencuci pakaian? Membuatnya bersih, bukan? Nah, di situlah inti dari meditasinya.
Ketika kita sedang mencuci pakaian kita, saat kita menyikatnya atau menguceknya, kita fokuskan kegiatan yang kita lakukan itu dengan sepenuh hati untuk menyucikan jiwa kita dari segala kotoran-kotoran. Kebanyakan mengatakan kalau inti dari meditasi adalah kesadaran, nah, maka dari itu kita perlu menyadari kalau apa yang sedang kita kerjakan itu adalah upaya kita untuk membersihkan jiwa kita. Apa mungkin meditasi semacam ini menghasilkan? Siapa yang bilang kalau meditasi itu mengasihkan sesuatu? Justru, meditasi bertujuan untuk mengeliminasi apa yang tidak kita perlukan, seperti: kedengkian, amarah, angkuh, kecemasan, dll.

Kalian tahu, jiwa kita itu ibarat pakaian yang kita pakai sehari-hari. Itu bisa saja kotor. Karena itulah ada yang namanya peribadatan, doa, pengorbanan, pertaubatan; semua itu semata-mata untuk menyucikan jiwa kita. Sehingga ketika sudah tiba saatnya kita kembali kepada Sang Sumber, kita kembali dalam keadaan suci, seperti sejatinya kita.

2). Mencuci piring

Selain mencuci pakaian, mencuci piring juga bisa menjadi meditasi. Kenapa bisa begitu?
Seperti yang kalian tahu bahwa piring yang ada di tempat cucian  itu semua adalah piring-piring kotor. Semua kotoran melekat pada piring-piring itu. Bayangkan piring-piring itu adalah hati kita dan kotoran-kotorannya adalah segala emosi/perasaan negatif, seperti: dendam, iri hati, kebencian, kebohongan, ketidaktahuan, dll. Jika kita tidak bisa mengeliminasi mereka dengan meditasi konvensional, kita bisa menggunakan meditasi alternatif ini.
Kita bisa fokus pada apa yang kita kerjaan, yaitu mencuci piring. Lakukan dengan penuh kesadaran kalau yang kalian cuci itu adalah hati kalian dan yang kalian singkirkan adalah perasaan negatif yang lama mengerak dalam hati.

3). Menyapu/Mengepel lantai

Jika mencuci pakaian adalah menyucikan jiwa dan mencuci piring adalah mencuci hati, maka menyapu/mengepel lantai adalah bertujuan untuk membersihkan pikiran kita. Membersihkan pikiran dari apa? Dari pemikiran-pemikiran negatif tentang diri kita sendiri, tentang orang lain, tentang lingkungan sekitar; keragu-raguan terhadap diri sendiri, semua penilaian yang negatif, kenangan pahit yang dapat memicu sakit hati dan dendam, dll.
Tentu kalian pernah dengar bukan soal ini "kita aalah apa yang kita pikirkan"? Nah, kalian pasti tidak mau kan, kalau pikiran kalian dipenuhi pemikiran negatif tentang diri sendiri atau orang lain atau keadaan, maka hal-hal yang negatif pulalah yang ada pada diri kita.
Ketika kita selalu meragukan kemampuan kita, maka tidak akan ada orang yang memercayai kemampuan kita, mereka akan juga meragukan kita. Keraguan akan menarik keraguan pula. Sama hal ketika kita berpikr bahwa kita paling orang tidak beruntung; ketika yang lain sudah pacaran, kita masih jomblo misalnya (hahahaha...), maka jangan harap kalau kita akan menemukan orang yang mau menjadi pacar kita. Oleh karena itu, pemikiran kita haruslah sesuai dengan apa yang ingin kita dapatkan. Ambil contoh, kalau mau dapat pacar/orang yang mencintai kita, maka kita juga harus mencintai diri kita, mencintai hidup kita, menyukuri semua yang kita miliki.

Ada yang bilang; otak kita adalah sebuah lahan, pemikiran kita adalah benih, perbuatan kita adalah pupuk, perasaan kita adalah air, semangat kita adalah matahari. Ketika kita memikirkan sesuatu yang baik/buruk, itu akan tertanam dalam otak/alam bawah sadar kita, dan apa yang kita perbuat sehari-hari akan menjadi pupuk bagi pohon tersebut sehingga mereka akan tumbuh subur. Perasaan kita setiap harinya, serta semangat kita juga akan membantu pohon-pohon itu untuk tumbuh.
Kebanyakan orang berpikiran negatif, namun ingin mendapatkan sesuatu yang positif. Ketika kita ingin buah mangga, maka kita harus menanam biji mangga, bukan malah menanam rumpun bambu. Merasa diri kita tak pernah dicintai, tapi ingin mendapatkan seseorang yang mencintai. Itu hal yang mustahil, sebab hukum alam semesta adalah "apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai" atau "kita adalah sekumpulan pemikiran yang terakumulasi dan terealisasi". Jadi berhati-hati dalam menanamkan pemikiran dalam otak kita.

4). Menyiram tanaman

Selain kita merawat tanaman, kita juga bisa memfokuskan kesadaran kita untuk melakukan meditasi realisai. Apa itu meditasi realisasi? Itu adalah meditasi untuk merealisasikan apa yang ada dalam pikiran kita.
Ketika kita menyiram tanaman, yang kita lakukan adalah memancarkan cinta kasih kita untuk diri sendiri, orang lain, dan alam. Apa yang kita fokuskan saat meditasi dengan cara ini?
Pertama, tentunya kebahagiaan, keselamatan, kesehatan, kemudahan, kelimpahan, kedamaian; semuanya untuk diri kita sendiri. Yang kedua untuk keluarga, kedua orang tua, saudara, para leluhur. Ketiga untuk semua makhluk yang memiliki ikatan karma dengan kita.
Keempat, kita memancarkan cinta kasih untuk tumbuhan dan binatang; dengan harapan mereka selalu mendapatkan kelimpahan dan kasih dari Yang Maha Kuasa. Kelima, untuk makhluk-makhluk spiritual, baik yang hidup di dunia atas ataupun dunia bawah.
Selanjutnya kita bisa menambahkan apa yang ingin kita realisasikan, misal kesuksesan atau rejeki. Maka bayangkan kalau rejeki kita akan subur layaknya pohon-pohon yang kita siram. 

Jika kalian ingin merealisasikan sesuatu, usahakan jangan menggunakan kata: semoga, aku ingin, aku butuh. Tapi, gunakan kata-kata seolah-olah apa yang kalian inginkan itu sudah kalian miliki. Misal kalian ingin gaji kalian naik. Jangan gunakan kalimat, seperti: semoga gajiku naik/aku ingin gajiku naik. Tapi gunakan kalimat, seperti: Terima kasih/aku bersyukur gajiku sudah naik.

.

Semua yang aku sebutkan itu berdasarkan pengalaman pribadiku, artinya semua itu mungkin saja akan bergunan untuk kalian atau tidak sama sekali. Karena setiap orang akan menemukan jalannya masing-masing. Jika kalian ingin mempraktikkannya, silakan. Tapi aku tidak menjamin keberhasilannya, sebab itu tergantung individu masing-masing. Aku di sini hanya memberikan jalan.
Oke, sekian dulu untuk hari ini. Terima kasih sudah singgah di Biara Wicca, akhir kata...


Blessed be!

Postingan Populer