Jumat, 26 Mei 2017

Divinasi #1: Mendung di Langit Nusantara

"Terpujiilah Sang Maha Ibu Bumi Pertiwi"
Terpujilah Negeriku tercinta,
Berkah langit dan bumi semoga tercurah di atas kami,
Maka terjadilah berkat restu-Nya...

Pada malam yang cerah dan penuh berkah ini saya ingin menyapa teman-teman semua yang sedang bertanya-tanya apa yang terjadi pada negeri ini? Kekacauan terjadi di mana-mana. Perselisihan telah mewarnai setiap sudut negeri. Tak perlu bimbang atau pun risau. Hal ini hanyalah satu jalan yang akan membawa negeri kita pada kemakmuran yang diimpikan para leluhur negeri ini.

Mari kita merenung sejenak. Melihat ke belakang, mencari jati diri negeri ini. Apakah negeri ini ada karena perjuangan satu orang ataukah perjuangan kita semua? Semuanya tahu bahwa negeri ini didapat dari korban jiwa dan raga para leluhur (Semoga mereka telah menjadi satu dengan Tuhan). Darah, keringat dan air mata yang tiada terkira adalah tonggak utama berdirinya negeri pertiwi ini.

Tahukah kalian bahwa Sang Ibu kini tengah merintih meratapi putra-putrinya yang saling berperang? Sungguh, sungguh menyayat hati tangisan Sang Ibu. Diamlah sejenak dan dengarlah  ratapannya, maka kalian tidak akan punya hasrat untuk membangkang kepadanya.

Sang Ibu telah berkata. Segala perkataannya terbawa air hujan, awan, angin, dan daun yang berguguran. Perkataannya telah memeringatkan kita pada masa-masa yang datang. Putra-putrinya hendaklah bersiap, karena masa akhir sudahlah dekat...

(1)
Tidak ada daya tanpa upaya
Memang benar begitu  adanya
Uang menjadi kuasa
Hukum mampu dibelinya
Dunia mampu direkayasa
Siapa yang malu?
Hanya mereka yang diam yang merasa malu
Dia yang diamlah yang benar
Mereka yang berkoar-koar akan kebenaran
Akan dibalik oleh Tuhan Yang Kuasa
Benar dan salah, manusia tidak bisa membedakannya
Mata menjadi fana
Hati akan berbicara
Logika akan ditekuk sedemikian rupa hingga semua ternganga
Akan tahu mereka bahwa sia-sia jalan mereka adanya
Atas nama hanya di mulut saja
Sejatinya Yang Kuasa mengetahui segalanya
Wahai Tuhanku, ampunilah negeriku
Wahai Tuhan kami, bukalah kebodohan kami
Wahai Tuhan Semesta Alam, tunjukanlah yang benar bagi negeri
 (2)
Bunga teratai seribu tahun telah mekar
Seluruh penguasa negeri Samudera akan bersatu kembali
Bersama-sama mengajukan permohonan untuk menjatuhkan tirani dari negeri Gurun Pasir
Kala bintang baru telah muncul di peraduan
Akan ada dua belas rasi yang sejajar
Saat ini adalah giliran mereka
Semuanya harap bersabar hati
(3)
Roda waktu akan kembali berputar
Melahirkan kembali tiran yang telah mati
Yang putih akan berkuasa di atas yang hitam dan kuning
Musim akan berlalu begitu cepat
Tahun-tahun berikut akan penuh misteri
Semua menjadi was-was
Semua menjadi ciut hati
Yang lain akan berubah menjadi serigala yang memakan sesamanya
Yang satu lagi akan menjadi rubah yang terus menggoyangkan ekornya
Yang bersalah akan bersembunyi di balik telunjuknya
Sehingga yang benar menjadi salah
Hukum menjadi salah kaprah
(4)
Pada musim semi ketujuh, akan datang satu bintang di langit Barat
Bersinar terang menunjukkan jalan bagi yang mengikutinya
Bintang akan sejajar dengan rasi dari Timur dan menyatu dengan tanah biru
Tanah akan menjadi satu
Bunga aka mekar di malam-malam yang dingin
Bulan akan bersinar sepanjang malam penghabisan
Ksatria-ksatria akan turun dari kudanya
Mereka berjalan menjadi satu dengan rumput serta ilalang
Akan datang masanya tanah menjadi damai
Manusia hanya berdoa dan berharap
Kali ini adalah saat bagi mereka berkuasa
Semua harap sabar menunggu
Karena masa kita akan segera tiba
(5)
Telah datang pembawa bencana
Manusia sendiri orangnya
Alam menangis, banjir di sana
Alam murka, meletus gunung di sini
Alam tahu apa yang salah dengan kita
Ibu Pertiwi marah, Nusantara terimbas
Jangan melaknat
Jangan menyumpah
Jangan menyalahkan
Sepuluh tahun roda akan berputar
Membawa zaman negeri bergenderang perang
Kekuasaan jadi rebutan
Tanah sendiri yang akan menelan mereka yang jumawa
Baik raja dan kesatria, mereka yang setia pada alam semesta akan selamat jiwanya
Roda akan berhenti berputar paa saatnya
Saat Dia yang dipermalukan dan dirajam mendapat kembali rona kepercayaan
(6)
Sang Kuning akan berkuasa
Menjadi raja di raja bagi satu bangsa
Dingin tangannya bagaikan embun
Manis senyumnya bagaikan madu
Pada dua warsa kekuasaannya akan makmur negeri kita
Emas dan intan akan dilahirkan
Mereka akan bercermin dari sungai yang tanpa jelaga
Yang gundul akan disemaikan
Manusia-manusia sungai akan diboyong ke tanah impian
Tiada lagi nelangsa dan nestapa
Namun ada satu celaka
Yang telah bersembunyi akan keluar dari  sarangnya
Mencoba untuk menjatuhkan takhta 
Wahai Tuhan Semesta, lindungilah ia dari para pencoba

***
Demikian tadi beberapa ramalan  yang tertabur dalam syair sederhana, tidak ada kepastian apakah segalanya akan terlaksana atau hanya omong kosong belaka, biarlah waktu yang menentukan.
Semoga segala perkataan dan perbuatan kita menjadi satu kepadanya... Dan jalan kita akan berawal dan berakhir untuknya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer